Jika menyaksikan pertandingan el classico
Barcelona dan Real Madrid, maka Anda pasti bisa menyimpulkan kedua tim adalah
musuh bebuyutan. Hal itu tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan dalam
negeri terkini.
Duel el classico itu sebenarnya berakar dari
sistem politik yang diterapkan pada provinsi Catalonia yang beribukota di
Barcelona di pantai Laut Tengah dan pemerintah kerajaan Spanyol berpusat di
utara, Real (Kerajaan) Madrid, yang memang beda.
Sant Pere de Torello, sebuah kota kecil di
provinsi Catalonia, tak sudi lagi diperintah oleh Madrid dan mendeklarasikan
kemerdekaanya dari pemerintah pusat, Rabu (5/9). Para anggota dewan kota dengan
suara bulat menyetujui resolusi “kemerdekaan wilayah Catalonia” setelah
Catalonia meminta Madrid memberi dana talangan, ‘bail out’” sebesar 5 miliar
Euro.
Resolusi Sant Pere de Torello lengkap dengan
pengelolaan uang secara mandiri, punya bank sentral, kantor pajak dan
pengadilan. Setelah disetujui, tak kurang dari seribu orang yang berkumpul di
luar gedung dewan kota, meledakkan suka cita dan tepuk tangan membahana.
Kota Sant Pere de Torello hanyalah dihuni
oleh kurang dari 3.000 orang. Tapi teriakan ingin merdeka tentu menjadi simbol
keinginan Catalonia mandiri dari Madrid.
Walikota Jordi Fabrega berpidato berapi-api.
“Ini adalah perlawanan Catalonia!,” katanya. Lalu ia dengan lantang berteriak:
“Sebagai manusia, kami tidak mau raib. Saya menolak!”. Pernyataannya diangap
mewakili perasaan warga Catalonia yang ingin tetap eksis dan tak mau
dikendalikan Real Madrid, Kerajaan Madrid.
Kaum separatis lokal mengajukan banding ke
parlemen Catalonia agar menyelenggarakan referendum mengenai kedaulatan wilayah
Catalonia dua bulan ke depan. Batu sandungan bagi anggota parlemen adalah
bahasa Catalonia, yang menurut hukum Spanyol dilarang digunakan dalam kehiduoan
sosial dan akademik. Namun setelah pemungutan suara resolusi diumumkan, dewan
kota mengusulkan agar parlemen Catalonia membatalkan undang-undang yang
membatasi penggunaan bahasa mereka.
Menurut wartawan dan penulis Catalonia
Miguel-Ancho Murado, “perlakuan sistem pajak Spanyol tidak adil bagi Catalonia,
serta Madrid tidak membantu Catalonia keluar dari krisis,” tuturnya kepada RT
Online, portal berita Rusia, kemarin.
Catalonia terimbas utang Spanyol dan pada 28
Agustus meminta Madrid memberi dana talangan sebesar 5 miliar euro (US$6,3
miliar) dari 18 miliar euro ‘dana likuiditas’ di pundi-pundi Madrid yang siap
digunakan membantu provinsi-provinsi bermasalah. Jika Catalonia menerima bantuan
‘dana likuiditas’ Madrid itu, maka provinsi ini menjadi yang kedua dari 17
provinsi otonom Spanyol yang minta dana talangan.
Namun jika “kondisi politik” tidak berubah,
Catalonia tidak akan mau menerima uang itu, karena “uang itu adalah uang orang
Catalonia.” Pemerintah Madrid mengumpulkan 95 persen pajak di seluruh Spanyol,
baru kemudian didistribusikan ke provinsi-provinsi. Wilayah miskin diguyur dana
banyak oleh Madrid.
Catalonia adalah salah satu provinsi terkaya
di Spanyol dan paling stabil dan selalu diberi uang yang lebih sedikit daripada
setoran pajaknya ke Madrid. Orang Catalonia percaya, sistem pajak seperti ini
yang membuat krisis utang membelit wilayah mereka.
Perjuangan Catalonia untuk lepas dari
Kerajaan Madrid sudah puluhan tahun. Gerilyawan Basque dengan terang-terangan
menyerang kepentingan Madrid. Meskipun Madrid menyebut mereka teroris, tapi
mereka tetap solid dan terus melawan Madrid.
Tak salah, jika pertandingan el Classico
Barcelona vs Real Madrid menjadi pertarungan klasik sepanjang masa yang
mempertaruhkan gengsi primordial dan gengsi antar provinsi Spanyol
0 komentar:
Posting Komentar